Dalam konteks ini, "rekayasa optik" mengacu pada proses pembentukan citra di retina mata, yang kemudian diolah oleh otak untuk membentuk persepsi manusia tentang dunia. Dalam hal ini, teori tersebut mengatakan bahwa manusia hanya dapat memperoleh informasi tentang dunia melalui sensor-sensor yang terdapat pada tubuh, seperti mata, telinga, dan kulit, yang semuanya menerima input dalam bentuk sinyal elektrokimia. Oleh karena itu, persepsi manusia tentang dunia hanya merupakan representasi internal dari realitas, dan tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang pasti dan akurat.
Meskipun teori ini memiliki dukungan dari beberapa filsuf dan ahli neurosains, banyak pihak yang tidak sepakat dengan pandangan tersebut, dan menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia yang objektif dan dapat diuji secara empiris. Sebagai contoh, pengetahuan tentang fenomena alam dan hukum-hukum fisika dapat diuji dan dibuktikan dengan eksperimen, dan bukan hanya sebuah "rekayasa optik".
0 Komentar